RSS

KEPUNAHAN JENIS

BAB 1 PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah sebaran sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit untuk menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu fenomena yang dinamakan takson Lazarus, dimana sebuah spesies dianggap telah punah tetapi muncul kembali.
Melalui proses evolusi, spesies yang baru muncul dari suatu mekanisme spesiasi (dalam bahasa Inggris: speciation) dimana jenis makhluk hidup baru muncul dan berkembang biak secara lancar bila mereka mempunyai ecology niche. Spesies akan punah bila mereka tidak bisa bertahan bila ada perubahan di ekologi mereka ataupun bila persaingan semakin ketat dari makhluk hidup lain yang lebih kuat. Umumnya, suatu spesies akn punah dalam waktu 10 juta tahun,dihitung dari permulaan kemunculannya.
1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Asumsi Kepunahan Jenis.
2 Faktor - Faktor  Penyebab  Kepunahan Jenis .
3.Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan       fauna.

2.2 Rumusan Masalah
1.Mengetahui Asumsi kepunahan jenis.
2 Mengetahui fakto-faktor penyebab kepunahan jenis.
3.Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga flora dan fauna.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asumsi Kepunahan Jenis.
Kepunahan merupakan ancaman nyata bagi berbagai makhluk hidup. Sayangnya, kepunahan yang menimpa puluhan bahkan ratusan spesies hewan dan tumbuhan di seluruh dunia bukanlah karena seleksi alam, di mana yang kuat yang menang. Kepunahan itu lebih karena seleksi buatan manusia, di mana yang tak terjamah tangan manusia yang bisa bertahan hidup.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, banyaknya spesies yang hilang dapat memengaruhi kondisi kehidupan manusia.
Melebarnya kota-kota, lahan pertanian, dan infrastruktur merupakan alasan utama sulitnya menahan kerusakan keanekaragaman hayati. PBB juga melaporkan, saat ini sistem alami seperti hutan dan lahan basah telah rusak. Proses alami seperti pemurnian udara dan air juga hilang.
Menurut hasil penelitian Global Species Assessment (GSA) tahun 2004, sekitar 15.589 spesies yang terdiri dari 7.266 spesies satwa dan 8.323 spesies tumbuhan dan lumut kerak, diperkirakan berada dalam resiko kepunahan. Belum lagi ditambah dengan jenis makhluk hidup lain yang tidak teridentifikasi.
S.L. Pimm dalam The Future Of Biodiversity mengemukakan bahwa laju kepunahan spesies saat ini adalah 10 hingga 100 kali lipat dari laju kepunahan alami. Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau terus meningkat, jumlah spesies yang menjadi punah dalam dekade berikut bisa berjumlah jutaan. Sebagian besar orang hanya berpikir hanya spesies mamalia berukuran besar dan burung yang terancam kepunahan, tapi sebenarnya kestabilan seluruh ekosistem menjadi terganggu dengan punahnya spesies kunci pada salah satu rantai makanan.
Gangguan atau kerusakan pada berbagai ekosistem yang paling menonjol dan yang menyebabkan komponen yang menyusun ekosistem, yaitu keanekaragaman varietas (genetic, variety, atau subspecies diversity), keanekaragaman jenis (species diversity) juga ikut terganggu. Akibatnya, terjadilah kepunahan varietas atau jenis hayati yang hidup di dalam ekosistem. Pada akhirnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung, manusia yang sangat tergantung pada kelestarian ekosistem tapi berlaku kurang bijaksana terhadap lingkungannya, akan merasakan berbagai akibatnya. Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat dan berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem pertanian, pesisir dan lautan. Ancaman kepunahan satwa liar juga telah terjadi di mana-mana.
Hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti berkurangnya kekayaan alam, sekaligus menjadi isu moral bagi pihak yang berpendapat manusia sebagai penanggung jawab kelestarian lingkungan, sekaligus pihak yang mendukung hak hidup untuk semua spesies hewan.
Kepunahan suatu spesies yang menjadi mangsa atau pemangsa dalam suatu ekosistem berdampak pada peningkatan atau penurunan jumlah populasi spesies lain. Begitu seterusnya, hingga semua spesies musnah dan ekosistem menjadi rusak dan tidak bisa kembali seperti semula. Selain itu, setiap spesies memiliki materi genetik yang unik yang tersimpan dalam DNA, dan menghasilkan bahan kimia yang unik sesuai instruksi genetik yang dimiliki. Bahan kimia dari tumbuhan, misalnya sangat berpotensi untuk digunakan sebagai senyawa obat-obatan dalam industri farmasi.
Sudah sangat banyak bukti yang menunjukkan betapa lingkungan telah semakin rusak dan beraneka ragam spesies yang semakin punah. Banyak hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk penyelamatan lingkungan yang juga bermanfaat untuk penyelamatan makhluk hidup lainnya.  kepunahan satu spesies, membuka jalan kepunahan spesies lainnya termasuk kita manusia


2.2 Faktor - Faktor  Penyebab  Kepunahan Jenis  :
1.Kerusakan  Hutan
Kerusakan hutan juga berperan andil  dalam menurunnya kenekaragaman hayati (spesies). Di Aceh, hampir 30 hektar hutan rusak setiap tahunnya. Total luas hutan di Aceh adalah 3,3 juta hektare atau sekitar 62,7 persen luas total wilayah Aceh. Pembalakan liar dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit meruapakan faktor terbesar rusaknya hutan Aceh.Akibat dari rusaknya hutan dan pencemaran lingkungan adalah semakin meningkatnya pemanasan global (global warming) yang berdampak pada perubahan iklim. Para ilmuwan telah menunjukkan dengan penelitian intensif bahwa planet bumi telah terancam. Selain itu akibat perubahan iklim dan kehilangan habitat dan ekspansi yang dilakukan oleh manusia, kepunahan spesies semakin  bertambah tinggi.
2.Perburuan Liar
Perburuan liar banyak dilakukan  oleh masyarakat ,misalnya perburuan burung jalak putih, karena jenis burung itu laku dijual  mahal di pasar-pasar burung di kota, sehingga para  pemburu liar ini mendapat penghasilan yang cukup  besar dari memperdagangkan burung itu. Selain burung jalak putih banyak hewan – hewan yang terancam punah karena perburuan liar misalnya, gajah Sumatra, harimau Sumatra, badak bercula satu , cendrawasih , orang utan , dan masih banyak yang lainnya. Perburuan liar  yang  lainnya , contohnya perburuan ikan di laut yang banyak menggunakan pukat atau bom , dengan cara tersebut nelayan memang mendapatkan ikan yang banyak dan mudah, namun tanpa disadari cara tersebut telah merusak seluruh  ekosistem  yang ada di sekitarnya. Sehingga menambah panjang deretan kepunahan jenis.
3.Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia saat ini. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Jika populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Namun kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berdampak pada kualitas hidup manusia yang rendah.Pada tahun 1960 hingga 1999, populasi bumi berlipat ganda dari 3 milyar menjadi 6 milyar orang. Pada tahun 2000 populasi sudah menjadi 6.1 milyar. PBB memprediksi bahwa populasi dunia pada tahun 2050 akan mencapai antara 7.9 milyar sampai 10.9 milyar, tergantung ada apa yang kita lakukan sekarang. Dapatkah dibayangkan berapa banyak bahan pangan, lahan untuk pertanian, lahan untuk perumahan, dan barang konsumsi lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk.Dengan tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai bibabat habis. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.
4.Perkembangan Teknologi
Semakin maju perkembangan teknologi, banyak cara praktis dan mudah yang dapat dilakukan, misalnya dalam bidang pertanian , di gunakannya pupuk kimia dan pestisida yang semakin tak terkendali. Perkembangan teknologi yang pesat,  memudahkan  orang untuk mengeksploitasi keanekaragaman hayati secara berlebihan semakin  mudah dilakukan.
5.Daya Regenerasi Yang Rendah
Banyak hewan yang butuh waktu lama untuk masuk ke tahap berkembang biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu lama untuk merawat anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan hidup hingga dewasa, dan sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga terkadang membutuhkan persyaratan situasi dan kondisi yang langka untuk bisa tumbuh berkembang. Hal tersebut menyulitkan spesies yang memiliki daya regenerasi / memiliki keturunan rendah untuk memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus, ayam, lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
6.Campur Tangan Manusia
Adanya manusia terkadang menjadi malapetaka bagi keseimbangan makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang untuk mendapatkan sesuatu yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa memikirkan regenerasi hewan atau tumbuhan tersebut. Gajah misalnya dibunuhi para pemburu hanya untuk diambil gadingnya, harimau untuk kulitnya, monyet untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain sebagainya.Perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan juga menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu. Mungkin di jakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun seiring terjadinya perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke daerah wilayah lain yang lebih aman.
6.Bencana Alam Besar
Adanya bencana super dahsyat seperti tumbukan meteor seperti yang terjadi ketika jaman dinosaurus memungkinkan banyak spesies yang mati dan punah tanpa ada satu pun yang selamat untuk meneruskan keturunan di bumi. Sama halnya dengan jika habitat spesies tertentu yang hidup di lokasi yang sempit terkena bencana besar seperti bancir, kebakaran, tanah longsor, tsunami, tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka kepunahan mungkin tidak akan terelakkan lagi.
7.Didesak Populasi Lain Yang Kuat
Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau mampu membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah lain atau bahkan bisa mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.


8.Spesies Yang  Terancam Punah
World Wildlife Fund (WWF) mencatat, spesies yang terancam punah karena berbagai sebab sangat banyak, mulai dari tuna sirip biru, beruang laut Pasifik hingga kupu-kupu Monarch. Dalam survei yang dilakukan terhadap 47.677 jenis hewan dan tumbuhan yang tergolong daftar merah didapati 17.291 spesies yang terancam punah alias hilang dari muka bumi.
Dibandingkan dengan 2008, dalam survei kali ini, jumlah spesies yang terancam punah mengalami peningkatan sebanyak 2.800 spesies. Beberapa spesies yang terancam punah itu antara lain dua jenis kadal yang ditemukan belum lama ini di Filipina, juga katak pohon Panama yang amat langka.
Seperlima spesies yang terancam punah merupakan jenis mamalia dan sebagian lagi merupakan jenis reptil. Craig-Hilton Taylor, yang mengelola daftar itu, mengatakan, apa yang terdata hanyalah puncak gunung es dari kondisi di alam sebenarnya. Artinya, jumlah spesies yang terancam punah bisa jadi lebih banyak dari itu, tetapi tidak terdata dalam survei.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, yakni 17 persen dari seluruh jumlah spesies di dunia walupun hanya memiliki luas wilayah sebesar 1,3 persen dari luas daratan di dunia.
Keanekaragaman hayati di Indonesia terus mengalami kemerosotan. Data yang dihimpun dari "red list" menyatakan tujuh jenis flora dan fauna di Indonesia dinyatakan punah, 160 spesies dinyatakan dalam katagori kritis terancam punah dan 175 jenis dikatagorikan terancam punah.
Dalam daftar merah itu disebut juga harimau yang diperkirakan populasinya kini hanya sekitar 3.500 ekor. Keberadaan harimau di Asia, termasuk Indonesia, diyakini dalam kondisi sangat terancam karena perburuan liar, konversi lahan, dan pembukaan hutan.
Selain itu, 465 jenis dikatagorikan "vurnerable" atau mudah terancam punah dan 20 jenis dikatagorikan terancam dan sangat tergantung pada upaya konservasi.
2.3 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Menjaga Kelestarian Flora Dan Fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1.   Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
2.  Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
o Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
o Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
o Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
o Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
3.  Mendirikan  Suaka Margasatwa 
Suaka Margasatwa adalah suatu  perlindungan yang diberikan kepada hewan/binatang yang hamper punah. Contoh : harimau, komodo, tapir, orangutan, dan lain sebagainya.
4. Mendirikan  Cagar Alam 
Cagar Alam adalah suatu tempat yang dilindungi baik dari segi tanaman maupun binatang yang hidup di dalamnya yang nantinya dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan dimasa kini dan masa mendatang.
Contoh : cagar alam ujung kulon, cagar alam way kambas, dsb.
5.  Perlindungan Hutan
 Perlindungan hutan adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada hutan agar tetap terjaga darikerusakan. Contoh : hutan lindung, hutan wisata, hutan buru, dan lain sebagainya.
6.  Mendirikan  Taman Nasional
Taman Nasional  adalah perlindungan yang diberikan kepada suatu daerah yang luas yang meliputi sarana dan prasarana pariwisata di dalamnya. Taman nasional lorentz, taman nasional komodo,taman nasional gunung leuser,
7.  Taman Laut
Taman Laut  adalah suatu laut yang dilindungi oleh undang-undang sebagai teknik upaya untuk melindungi kelestariannya dengan bentuk cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, dsb. Contoh: Taman laut bunaken, taman laut taka bonerate, taman laut selat pantar, taman laut togean, danbanyak lagi contoh lainnya.
8.  Kebun Binatang
Kebun Binatang  yaitu adalah suatu perlindungan lokasi yang dijadikan sebagai tempat obyek penelitian atau objek wisata yang memiliki koleksi flora dan atau fauna yang masih hidup.Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat dan  berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem  pertanian, pesisir dan lautan. Ancaman kepunahan  satwa liar juga telah terjadi di mana-mana. Berbagai kerusakan lingkungan di ekosistem pertanian telah banyak terjadi baik pada ekosistem  pertanian sawah maupun ekosistem pertanian lahan kering nonpadi. Kerusakan lingkungan di ekosistem  sawah utamanya diakibatkan oleh program Revolusi












BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KASIMPULAN

Dari materi yang kami bahas dalam makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.    Kepunahan suatu spesies yang menjadi mangsa atau pemangsa dalam suatu ekosistem berdampak pada peningkatan atau penurunan jumlah populasi spesies lain
2.    Pertambahan penduduk adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia saat ini.
3.    Perburuan liar adalah penyebab kepunahan suatu spesies.

3.2 SARAN
Saran dari materi ini dapat kami sampaikan yakni kita harus menjaga kelestarian suatu speseies atau lingkungan,jangan pernah untuk selalu memburu mereka dan sediakan habitat bagi mereka dengan tidak merusak suatu habitat.










  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar