RSS

Rambut Dewa Brahma ..... ( 1 )

Rambut Dewa Brahma ..... ( 1 )Mitologi Hindu Tentang Tumbuh-tumbuhan
Dikatakan bahwa seluruh tumbuh-tumbuhan yang ada di Bumi diciptakan dari rambut Dewa Brahma, Sang Pencipta.
1. Parijata
Nama Latin       :  Myctanthes arbor tristis
Nama Inggris    :  Queen of The Night, Coral Jasmine
Nama India       :   - Bengali  :  Shapalika, Siuli
       - Hindi       :  Harashringara
       - Marathi    :  Parijata, Kharsati
       - Sanskrit   :  Parijata
       - Tamil      :  Parijata, Paghala
Rumpun            :   Oleaceae
Myctanthes artinya bunga malam dan arbor tristis berarti pohon yang sedih. Parijata dalam bahasa Sanskerta bermakna turun dan lautan. Harashringara adalah perhiasan para dewa atau perhiasan yang indah.

Bunganya dikumpulkan untuk sesaji-sesaji dalam upacara keagamaan dan untuk membuat kalung-kalung bunga. Intinya yang berwarna orange digunakan untuk mewarnai kain sutra dan katun. Bahan ini pertama kali digunakan oleh para pendeta Buddha yang menggunakan jubah berwarna orange yang warnanya diperoleh dari bunga ini. Parijata dalam pandangan mitologi Hindu adalah salah satu dari kelima pohon bertuah yang terdapat di Dewaloka.
Mengapa Bunga Parijata Mekar Pada Malam Hari
Sebuah legenda dalam Wisnu Purana menceriterakan tentang seorang raja yang mempunyai seorang putri yang cantik jelita dan lemah lembut bernama Parijata. Sang Putri telah jatuh cinta kepada Dewa Surya, Sang Matahari. “Tinggalkan kerajaanmu dan jadilah milikku.” kata Sang Matahari dengan penuh hasrat. Dengan penuh kepatuhan Parijata menanggalkan jubah kebangsawanannya dan mengikuti kekasihnya. Namun Sang Matahari mulai bersikap dingin setelah ia bosan kepada Parijata dan kemudian segera terbang kembali ke langit meninggalkan Sang Putri.

Sang Putri yang masih muda belia itu meninggal dengan perasaan hancur. Ia diperabukan pada tumpukan kayu bakar dan dari abunya tumbuh sebatang pohon. Pada cabang-cabangnya yang menjuntai tumbuh bunga-bunga terindah dengan inti yang berwarna orange pekat. Namun bunga-bunga ini tidak tahan terhadap sinar matahari, mereka hanya mekar ketika matahari tenggelam dan di saat fajar menyingsing bunga-bunga tersebut berguguran ke tanah dan mati.

Awal Mula Pohon Parijata Sampai Ada di Bumi
Ketika Lautan Susu diaduk, pohon Parijata diciptakan. Namun Dewa Indra, pemimpin para Dewa, merasa bahwa tanaman ini amat terlalu indah untuk Bumi. Kulit kayunya dari emas dihiasi dengan daun-daun muda yang menyembul berwarna tembaga dan tangkai bunganya menghasilkan bertandan-tandan bunga yang harum, Ia mengatakannya dengan sangat meyakinkan, meskipun agak tidak tepat. Bagaimanapun juga, Ia menempatkannya pada Taman Amarawati miliknya dan disana pohon itu tumbuh sebagai salah satu dan kelima pohon Surgawi sampai Krishna membawanya kembali ke Bumi.

Bagaimana Krishna membawa pohon itu ke Bumi ? Pada hari-hari tertentu ketika para dewa mengunjungi Bumi dan bahkan kadang-kadang menyamar sebagai manusia, hiduplah seorang dewa penasihat bernama Pendeta Narada. Narada sering bepergian baik ke Swargaloka dimana para dewa tinggal maupun ke Bumi. Ia adalah seorang penasihat yang jahat dan sangat gemar menciptakan masalah-masalah, bagi para dewa maupun manusia.

Suatu hari Pendeta Narada tiba di Kerajaan Dwaraka dimana Dewa Wisnu yang terlahir ke Bumi sebagai Krishna, tinggal bersama dengan isteri-isterinya. Narada membawa sekuntum bunga Parijata sebagai hadiah untuk Krishna.

“Paduka”, katanya, maksud jahat tersembunyi dalam perkataannya, “Bunga ini sangat indah sehingga saya pikir Paduka mungkin ingin memberikannya kepada permaisuri anda Rukmini yang sangat menyukai bunga-bunga.

Krishna merasa sangat senang. “Usul yang sangat bagus, Pendeta. Saya rasa Rukmini tidak pernah melihat bunga Parijata sebelumnya.” Ia mengambil sekuntum bunga mungil yang berwarna orange dan putih itu kemudian pergi ke kediaman Rukmini.

Narada memanfaatkan kesempatannya. Ia bergegas ke kediaman isteri Krishna yang lain, Sathabhama, saat ia memasuki ruangan, wajahnya dibuat sesedih mungkin. Satyabhama menatapnya penuh perhatian. “Apa yang telah membuat anda gusar, pendeta ?“ tanyanya dengan perasaan khawatir.

“Anakku”, jawabnya penuh kesedihan. “Engkau mengetahui betapa istimewanya dirimu bagiku. Aku telah membawa sekuntum bunga Parijata dari taman Dewa Indra untuk Krishna. Aku berkata kepada paduka untuk memberikan bunga itu kepada isteri yang paling dicintainya. Aku mengira Anandalah yang mendapat hadiah itu. Tetapi, sayang sekali, beliau telah memberikannya kepada Rukmini.

Satyabhama memiliki kesabaran pendek dan amarahnya mudah meledak. “Beraninya dia !“ Ia menangis karena kesal. “Takkan kubiarkan Rukmini memiliki bunga itu. Aku akan pergi dan.....”. “Sabarlah, Nak”, kata Narada. “Apa yang akan Kau perbuat dengan sekuntum bunga? Begini, bila Krishna benar-benar mencintaimu, ia tentu akan membawakan pohonnya dari Amarawati.”


Wajah Satyabhama menjadi cerah. “Betapa pandainya Anda!” serunya. Narada membungkuk menerima pujian itu dan Satyabhama bergegas meninggalkan ruangan. Di istana Krishna terdapat sebuah ruangan yang disebut Ruang Dukacita. Para isteri yang merasa tidak diperhatikan dapat beristirahat di kamar ini dan keluhannya akan didengarkan. Satyabhama, dengan wajah geram memasuki ruangan itu dan memerintahkan pelayannya untuk memanggil Krishna.
Ketika Krishna sampai di depan pintu, Satyabhama menangis tersedu-sedu. “Anda lebih mencintai Rukmini daripada saya. Mengapa anda memberikan bunga Parijata itu kepada nya? Saya tidak ingin tinggal di sini lagi.” ratapnya.

Krishna terperanjat. Terlambat, ia mengetahui bahwa dirinya telah terperangkap. “Sayangku, Pendeta Narada ia mencoba menjelaskan, namun Satyabhama memotong penjelasan Krishna.
“Tidak, tidak, saya tidak ingin mendengarkan alasan apapun. Apabila Paduka mencintaiku, Anda akan membawakanku pohon Parijata. Atau aku akan tinggal di ruangan ini selamanya dan menolak untuk makan”.

Krishna tidak menemukan jalan keluar lainnya. “Baiklah”, ia menyerah, “Engkau akan memiliki pohon itu”. Ia terbang menuju Amarawati. Tetapi Narada telah lebih dahulu berada disana. “Saya telah mendengar bahwa beberapa pencuri dari Bumi akan datang untuk mencuri Pohon Parijata Milik Anda, Tuanku”, ia telah membisiki telinga Dewa Indra.

Karena khawatir, Dewa Indra telah mengirim bala tentara nirwana untuk berjaga di sekeliling taman itu. Krishna mengetahui betapa sayangnya Dewa Indra pada pohon tersebut dan bahwa ia tidak akan bersedia memberikan pohon itu dibawa pergi. Ia mencuri ke dalam hutan kecil itu pada malam harinya. Namun para penjaga terlalu cepat baginya. Ia tertangkap dan dibawa menghadap Sang Pemimpin Para Dewa.

“Krishna, ternyata Kau! seru Dewa Indra. “Mengapa Anda datang untuk mencuri pohon milikku?” Krishna mengatakan kepadanya betapa ia telah ditipu oleh Pendeta Narada. “Anda mengetahui temperamen Satyabhama”, katanya sambil mengangkat kedua bahunya. “Saya tidak bisa kembali ke Dwaraka tanpa pohon tersebut”.

Dewa Indra tertawa, “Dasar para isteri!” Ia memerintahkan para pengawal untuk mencabut pohon Parijata itu dan segera memberikannya kepada Krishna.

Dalam perjalanan pulang, Krishna menyadari bahwa dirinya berada pada pilihan yang sangat berat. “Jika aku memberikan pohon ini kepada Satyabhama, Rukmini akan menginginkan sebuah pohon juga. Darimana kudapatkan sebuah pohon lagi ? Oh Tuhan”.

Lalu ia tersenyum sendiri seraya menemukan jalan keluarnya. Satyabhama sangat gembira ketika melihat Krishna dan pohon itu. “Terima kasih, Paduka”, katanya dengan penuh cahaya kegembiraan. Ia memerintahkan pelayannya untuk mengambil pohon itu, tetapi Krishna berkata dengan tegas, “Aku telah membawakan pohon ini untukmu. Namun aku yang memutuskan dimana pohon itu akan ditanam”.

Krishna yang cerdas ! Kedua isterinya memiliki taman yang bersebelahan. Ia menanam pohon Parijata tersebut pada suatu jalan dimana batangnya ditanam pada taman milik Satyabhama, sedangkan cabang-cabang nya menjuntai ke dalam taman milik Rukmini sehingga ia dapat mengumpulkan bunga-bunga yang jatuh setiap pagi. Demikianlah Krishna membahagiakan kedua isterinya dari pohon Parijata turun ke Bumi.
Parijata adalah sebuah pohon kecil yang tumbuh cepat dan berganti daun. Daunnya tumbuh berlawanan satu sama lain dan tiap-tiap daun berbentuk seperti telur berwarna hijau pakat pada bagian atasnya, sedangkan pada bagian bawahnya berwarna hijau muda dan berbulu.
Ketujuh kelopak bunga tumbuh dalam rangkaian-rangkaian dengan lima pada sisinya dan berakhir pada cabang cabangnya. Tiap bunganya berwarna kekuning-kuningan dan berbentuk seperti bintang yang memiliki bagian tengah berbentuk pipa berwarna orange serta berkedudukan pada mangkuk berwarna hijau pucat. Bunga-bunga itu mekar pada malam hari dengan wewangian kuat yang terserap oleh udara. Bunga-bunga itu berguguran saat pagi merekah.
Buahnya lebih besar daripada bunganya, awalnya berwarna hijau, bulat dan pipih, kemudian warnanya menjadi coklat dan mudah hancur sebelum gugur. Setiap buah memiliki dua buah biji.
Daunnya sangat kasar sehingga mereka digunakan untuk melapisi kayu sebagai pengganti amplas. Kulit kayunya digunakan untuk menyamak kulit. (Terjemahan Diani Putri).
WHD No. 431 Januari 2003.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar